Lambung terdiri atas 4 lapisan. Berturut-turut dari luar ke dalam, lambung dilapisi selubung serosa, otot polos (longitudinal, sirkular, dan diagonal), lapisan sub mukosa, serta lapisan mukosa. Lambung menerima makanan dari kerongkongan. Di dalam lambung makanan selain dicerna secara mekanik., juga dicerna secara kimiawi dengan melibatkan berbagai macam enzim. Gerakan peristaltik berjalan berulang-ulang sehingga makanan akan terus dihancurkan sampai terbentuk bubur kim (Pearce 2002).
Fungsi lambung sebagai fungsi motoris adalah:
1. Fungsi reservoir, menyimpan makanan sampai makanan tersebut sedikit demi sedikit dicerna dan bergerak pada saluran cerna.
2. Fungsi mencampur. Memecah makanan menjadi halus dan mencampurnya dengan getah lambung melalui kontraksi otot yang meliputinya.
3. Fungsi pengosongan lambung. Diatur oleh pembukaan sfingter pilorus, yang diatur oleh viskositas, volume, keasaman, aktivitas osmosis, keadaan fisik, serta oleh emosi, obat- obatan, dan kerja. Pengosongan lambung diatur oleh faktor saraf dan hormonal.
Fungsi lambung sebagai fungsi sekresi dan pencernaan adalah:
1. Mencernakan protein oleh pepsin dan HCl, pati oleh amilase, dan lemak oleh lipase
2. Sintesis dan pengeluaran gastrin
3. Sekresi faktor intrinsik memungkinkan absorpsi vitamin B12 dari usus halus bagian distal
4. Sekresi mukus, sebagai pelindung lambung dan pelumasan makanan agar mudah ditranspor
Tukak lambung atau Peptic Ulcer Disease (PUD) dapat diartikan sebagai luka pada lambung atau usus duodenum karena terjadi ketidakseimbangan antara faktor agresif seperti sekresi asam lambung, pepsin dan infeksi bakteri Helicobacter pylori dengan faktor defensif atau faktor pelindung mukosa seperti produksi prostaglandin, gastric mucus, bikarbonat dan aliran darah mukosa. Singkatnya, tukak lambung merupakan suatu penyakit pada saluran pencernaan yang ditunjukkan dengan terjadinya kerusakan mukosa lambung bisa karena sekresi asam lambung berlebih, infeksi H. pylori, maupun produksi prostaglandin yang berkurang. Dari namanya, tukak lambung biasa terjadi di perut (lambung) dan usus duodenum proximal. Meskipun angka kejadiannya sedikit, tukak lambung dapat terjadi di esofagus bagian bawah, duodenum distal atau jejunum.
Penyebab
Etiologi ulkus peptikum kurang dipahami, meskipun bakteri gram negatif H. Pylori telah sangat diyakini sebagai factor penyebab. Diketahui bahwa ulkus peptik terjadi hanya pada area saluran GI yang terpajan pada asam hidrochlorida dan pepsin. Penyakit ini terjadi dengan frekuensi paling besar pada individu antara usia 40 dan 60 tahun. Tetapi, relatif jarang pada wanita menyusui, meskipun ini telah diobservasi pada anak-anak dan bahkan pada bayi. Pria terkenal lebih sering daripada wanita, tapi terdapat beberapa bukti bahwa insiden pada wanita hampir sama dengan pria. Setelah menopause, insiden ulkus peptikum pada wanita hampir sama dengan pria. Ulkus peptikum pada korpus lambung dapat terjadi tanpa sekresi asam berlebihan (Guyton 1996).Upaya masih dilakukan untuk menghilangkan kepribadian ulkus. Beberapa pendapat mengatakan stress atau marah yang tidak diekspresikan adalah factor predisposisi. Ulkus nampak terjadi pada orang yang cenderung emosional, tetapi apakah ini factor pemberat kondisi, masih tidak pasti. Kecenderungan keluarga yang juga tampak sebagai factor predisposisi signifikan. Hubungan herediter selanjutnya ditemukan pada individu dengan golongan darah lebih rentan daripada individu dengan golongan darah A, B, atau AB. Factor predisposisi lain yang juga dihubungkan dengan ulkus peptikum mencakup penggunaan kronis obat antiinflamasi non steroid(NSAID). Minum alkohol dan merokok berlebihan. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa ulkus lambung dapat dihubungkan dengan infeksi bakteri dengan agens seperti H. Pylori. Adanya bakteri ini meningkat sesuai dengan usia. Ulkus karena jumlah hormon gastrin yang berlebihan, yang diproduksi oleh tumor(gastrinomas-sindrom zolinger-ellison)jarang terjadi. Ulkus stress dapat terjadi pada pasien yang terpajan kondisi penuh stress (Guyton 1996).
Gejala
Secara umum, gejala tukak lambung yang dialami sama seperti yang sudah dijelaskan di atas antara lain rasa panas pada perut, sebah, mual, tidak tahan makanan berlemak, nyeri pada bagian ulu hati yang akan hilang setelah mengkonsumsi makanan. Selain terbangun di malam hari karena nyeri yang dirasakan, rasa nyeri di ulu hati yang hilang setelah mengkonsumsi makanan merupakan gejala spesifik pada tukak lambung yang dapat mempermudah diagnosis. Tanda-tanda seperti anemia, anoreksia maupun penurunan berat badan yang terjadi menunjukkan adanya komplikasi atau terdapat suatu penyakit berbahaya yang membutuhkan tes endoskopi segera.
Gejala-gejala ulkus dapat hilang selama beberapa hari, minggu, atau beberapa bulan dan bahkan dapat hilang hanya sampai terlihat kembali, sering tanpa penyebab yang dapat diidentifikasi. Banyak individu mengalami gejala ulkus, dan 20-30% mengalami perforasi atau hemoragi yang tanpa adanya manifestasi yang mendahului.
1. Nyeri : biasanya pasien dengan ulkus mengeluh nyeri tumpul, seperti tertusuk atau sensasi terbakar di epigastrium tengah atau di punggung. Hal ini diyakini bahwa nyeri terjadi bila kandungan asam lambung dan duodenum meningkat menimbulkan erosi dan merangsang ujung saraf yang terpajan. Teori lain menunjukkan bahwa kontak lesi dengan asam merangsang mekanisme refleks local yang mamulai kontraksi otot halus sekitarnya. Nyeri biasanya hilang dengan makan, karena makan menetralisasi asam atau dengan menggunakan alkali, namun bila lambung telah kosong atau alkali tidak digunakan nyeri kembali timbul. Nyeri tekan lokal yang tajam dapat dihilangkan dengan memberikan tekanan lembut pada epigastrium atau sedikit di sebelah kanan garis tengah. Beberapa gejala menurun dengan memberikan tekanan local pada epigastrium.
2. Pirosis(nyeri uluhati) : beberapa pasien mengalami sensasi luka bakar pada esophagus dan lambung, yang naik ke mulut, kadang-kadang disertai eruktasi asam. Eruktasi atau sendawa umum terjadi bila lambung pasien kosong.
3. Muntah : meskipun jarang pada ulkus duodenal tak terkomplikasi, muntah dapat menjadi gejala ulkus peptikum. Hal ini dihubungkan dengan pembentukan jaringan parut atau pembengkakan akut dari membran mukosa yang mengalami inflamasi di sekitarnya pada ulkus akut. Muntah dapat terjadi atau tanpa didahului oleh mual, biasanya setelah nyeri berat yang dihilangkan dengan ejeksi kandungan asam lambung.
4. Konstipasi dan perdarahan : konstipasi dapat terjadi pada pasien ulkus, kemungkinan sebagai akibat dari diet dan obat-obatan. Pasien dapat juga datang dengan perdarahan gastrointestinal sebagian kecil pasien yang mengalami akibat ulkus akut sebelumnya tidak mengalami keluhan, tetapi mereka menunjukkan gejala setelahnya.
Pencegahan
Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan adanya nyeri, nyeri tekan epigastrik atau distensi abdominal. Bising usus mungkin tidak ada. Pemeriksaan dengan barium terhadap saluran GI atas dapat menunjukkan adanya ulkus, namun endoskopi adalah prosedur diagnostic pilihan. Endoskopi GI atas digunakan untuk mengidentifikasi perubahan inflamasi, ulkus dan lesi. Melalui endoskopi mukosa dapat secara langsung dilihat dan biopsy didapatkan. Endoskopi telah diketahui dapat mendeteksi beberapa lesi yang tidak terlihat melalui pemeriksaan sinar X karena ukuran atau lokasinya. Feces dapat diambil setiap hari sampai laporan laboratorium adalah negatif terhadap darah samar. Pemeriksaan sekretori lambung merupakan nilai yang menentukan dalam mendiagnosis aklorhidria(tidak terdapat asam hdroklorida dalam getah lambung) dan sindrom zollinger-ellison. Nyeri yang hilang dengan makanan atau antasida, dan tidak adanya nyeri yang timbul juga mengidentifikasikan adanya ulkus. Adanya H. Pylory dapat ditentukan dengan biopsy dan histology melalui kultur, meskipun hal ini merupakan tes laboratorium khusus. Ada juga tes pernafasan yang mendeteksi H. Pylori, serta tes serologis terhadap antibody pada antigen H. Pylori.
Pengobatan
Tujuan dari terapi tukak lambung adalah untuk mengurangi serta menetralkan asam lambung, menghilangkan faktor penyebab, meringankan atau menghilangkan nyeri epigastrik, mencegah kekambuhan, memperkuat sistem perlindungan mukosa, dan mencegah terjadinya komplikasi yang serius (hemoragi, perforasi, obstruksi). Sasaran dari terapi tukak lambung adalah faktor penyebab terjadinya tukak yaitu bakteri H. pylori dan asam lambung berlebih. Selain itu pertahanan mukosa juga menjadi sasaran terapi. Untuk mencapai tujuan terapi tersebut dapat dilakukan beberapa strategi dalam terapi, antara lain penggunaan obat untuk hipersekresi dan penetralan asam lambung, penggunaan obat yang memperkuat sistem perlindungan mukosa, penggunaan obat yang dapat mencegah senyawa pencetus dan faktor penyebab, penggunaan obat untuk menghilangkan nyeri epigastrik, penggunaan obat untuk mencegah kekambuhan dan penggunaan obat untuk mencegah komplikasi.
Terapi yang digunakan ada 2 cara, yaitu terapi nonfarmakologis dan farmakologis. Untuk terapi nonfarmakologis dengan cara mengurangi atau menghilangkan stress, berhenti merokok dan menggunakan obat NSAID, menghindari makanan pencetus tukak seperti makanan pedas, kafein, dan alkohol. Apabila terjadi komplikasi dilakukan operasi. Sedangkan terapi farmakologisnya dapat menggunakan beberapa golongan obat yaitu, golongan Pompa Proton Inhibitor (PPI), Antagonis Reseptor Histamin H2, Sucralfate, Antasida, Analog Prostaglandin. Selain itu, kombinasi dua antibiotik dengan PPI untuk eradikasi (pembasmian) H. pylori. Sesuai dengan judulnya, artikel ini akan membahas lebih lanjut mengenai obat golongan antasid. Sebelum lahirnya obat PPI dan Antagonis Reseptor Histamin H2, antasid digunakan untuk mengobati tukak lambung dan dispepsia (gangguan pencernaan). Hingga saat ini antasid masih digunakan untuk menghilangkan rasa panas dalam perut serta dispepsia. Antasid merupakan basa lemah yang bereaksi dengan asam lambung membentuk garam dan air. Selain menetralkan asam lambung, antasid juga meningkatkan pertahanan mukosa lambung dengan memicu produksi prostaglandin pada mukosa lambung. Obat antasid dapat digolongkan menjadi antasid dengan kandungan alumunium dan magnesium (alumunium hidroksida, magnesium hidroksida, trisilikat), antasid dengan kandungan natrium bikarbonat, antasid dengan kandungan bismuth dan kalsium. Simetikon ditambahkan pada antasid untuk meringankan rasa kembung.
Penanggulangan
Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan adanya nyeri, nyeri tekan epigastrik atau distensi abdominal. Bising usus mungkin tidak ada. Pemeriksaan dengan barium terhadap saluran GI atas dapat menunjukkan adanya ulkus, namun endoskopi adalah prosedur diagnostic pilihan. Endoskopi GI atas digunakan untuk mengidentifikasi perubahan inflamasi, ulkus dan lesi. Melalui endoskopi mukosa dapat secara langsung dilihat dan biopsy didapatkan. Endoskopi telah diketahui dapat mendeteksi beberapa lesi yang tidak terlihat melalui pemeriksaan sinar X karena ukuran atau lokasinya. Feces dapat diambil setiap hari sampai laporan laboratorium adalah negatif terhadap darah samar. Pemeriksaan sekretori lambung merupakan nilai yang menentukan dalam mendiagnosis aklorhidria(tidak terdapat asam hdroklorida dalam getah lambung) dan sindrom zollinger-ellison. Nyeri yang hilang dengan makanan atau antasida, dan tidak adanya nyeri yang timbul juga mengidentifikasikan adanya ulkus. Adanya H. Pylory dapat ditentukan dengan biopsy dan histology melalui kultur, meskipun hal ini merupakan tes laboratorium khusus. Ada juga tes pernafasan yang mendeteksi H. Pylori, serta tes serologis terhadap antibody pada antigen H. Pylori.
Diet yang Dianjurkan
Diet yang dianjurkan untuk diberikan kepada penderita penyakit tukak lambung adalah diet lambung. Tujuan diet untuk penderita penyakit tukak lambung adalahm memberikan makanan dan cairan secukupnya yang tidak memberatkan lambung serta mencegah dan menetralkan sekresi asam lambung yang berlebihan (Almatsier 2004).
Syarat diet untuk penderita penyakit tukak lambung adalah:
1. Mudah cerna, porsi kecil, dan sering diberikan.
2. Energi dan protein cukup, sesuai kemampuan pasien untuk menerimanya.
3. Lemak rendah, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total yang ditingkatkan secara bertahap hingga sesuai dengan kebutuhan.
4. Rendah serat, terutama serat tidak larut air yang ditingkatkan secara bertahap.
5. Cairan cukup, terutama bila ada muntah.
6. Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik secara termis, mekanis, maupun kimia.
7. Laktosa rendah bila ada gejala intoleransi laktosa; umumnya tidak dianjurkan minum susu terlalu banyak.
8. Makanan secara perlahan di lingkungan yang tenang.
9. Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama 24-48 jam untuk memberi istirahat pada lambung.
Jenis diet yang diberikan tergantung berat ringannya penyakit, kepada penderita tukak lambung diberikan Diet Lambung I, Diet lambung II atau Diet Lambung III. Diet Lambung I diberikan kepada penderita tukak lambung. Makanan diberikan dalam bentuk saring, setiap 3 jam. Diet ini hanya diberikan selama 1-2 hari saja. Diet Lambung II diberikan kepada pasien tukak lambung atau sebagai perpindahan dari Diet Lambung I. Makanan berbentuk lunak, porsi kecil serta diberikan berupa 3 kali makanan lengkap dan 2-3 kali makanan selingan. Makanan ini cukup energi, protein, vitamin C tetapi kurang tiamin.Diet Lambung III diberikan kepada pasien tukak lambung atau perpindahan dari Diet Lambung II yang hampir sembuh. Makanan berbentuk lunak atau biasa bergantung pada toleransi pasien. Makanan ini cukup energi dan zat gizi lainnya (Almatsier 2004). Berikut merupakan bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan pada Diet lambung III.
Tabel 1. Bahan Makanan yang Dianjurkan dan tidak dianjurkan
Bahan makanan | Dianjurkan | Tidak dianjurkan |
Sumber karbohidrat Sumber protein hewani Sumber protein nabati Sayuran Buah-buahan Lemak Bumbu Minuman | Beras (ditim atau nasi lunak), kentang (direbus atau dipure), makroni, mi, misoa (direbus), roti (dipanggang), biskuit, tepung2an (dibubur atau dibuat pudding) Daging sapi empuk, ikan, ayam, unggas tidak berlemak (direbus atau disemur). Telur (didadar, direbus, diceplok air, diorak-arik, dicampur dalam makanan. Susu Tempe dan tahu (direbus, dikukus, ditumis), kacang hijau (direbus) Sayuran tidak byk serat dan gas (dimasak) spt: bayam, kacang panjang muda, buncis muda, oyong muda (dikupas, labu siam (direbus dgn santan atau ditumis) Pepaya, pisang, sawo, jeruk manis, sari buah, buah dalam kaleng Mentega, margarin, minyak goreng untuk menumis, santan encer Dalam jumlah terbatas: bumbu dapur, pala, kayu manis, asam, gula, garam, salam, lengkuas Sirop, teh encer, jus sayuran dan jus buah, air putih masak, coklat, susu | Beras ketan, beras merah, roti whole wheat, ubi, singkong, tales, cantle, jagung, bulgur, kentang goreng Daging, ikan dan ayam berlemak dan berurat byk (diasap dan digoreng) Tempe atau tahu (digoreng), kacang merah, kacang tolo, kacang tanah Sayuran mentah, sayuran byk serat dan gas, serta sayuran yang diawetkan Buah-buahan yang byk serat dan menimbulkan gas spt: jambu biji, nenas, nangka masak dan durian. Buah lain dalam keadaan utuh kecuali pisang, buah kering Lemak hewan dan santan kental Cabe, merica, cuka dan bumbu-bumbu lain yang merangsang Minuman yang mengandung alkohol dan soda, kopi dan es krim |
(Almatsier 2004)
DAFTAR PUSTAKA
MML. 2005l Tukak lambung bukan disebabkan stres dan makanan pedas. www.kalbe.co.id. [7 Mei 2009].
Pearce, Evelyn C. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia.
Almatsier. Sunita. 2004. Penuntun Diet. Jakarta: PT. Gramedia.
Guyton, Arthur. 1996. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar